LAPORAN PRAKTIKUM PENGAWETAN
INVERTEBRATA
FILUM ECHINODERMATA DAN FILUM
PORIFERA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELAS X
SAINS 5
KELOMPOK 6
SMA NEGERI 1
PINRANG
TAHUN AJARAN
2013/2014
PRAKTIKUM PENGAWETAN INVERTEBRATA
DISUSUN OLEH :
KELAS X SAINS 5
KELOMPOK :6
Nama :
Mirdayanti
NIS :
15775
|
Nama :Widya ayu
ningsih
NIS :
15791
|
Nama : Sulfitri
NIS :
15789
|
Nama :Muh.Irwan.R
NIS :
157102
|
Nama: Sry Retno
Merlyani
NIS :
15787
|
Nama : Sarmin
NIS :
157104
|
SMA NEGERI 1
PINRANG
TAHUN AJARAN
2013/2014
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR
SAMPUL
DALAM……………………………………………………………...i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………...iii
LEMBAR
PERSETUJUAN…………………………………………………....v
LEMBAR
PENGESAHAN……………………………………………………vi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang……………………………………………………….1
B.Rumusan
Masalah…………………………………………………….1
C.Tujuan
Penelitian……………………………………………………..2
D.Manfaat
Penelitian……………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Praktikum………………………………………………...3
B.Ciri ciri hewan invertebrata ………………………………………….3
C.Struktur hewan
invertebrata..................................................................3
BAB III METODE
PENELITIAN
A.Alat dan Bahan……………………………………………………….4
B.Cara Kerja…………………………………………………………….5
BAB IV PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian……………………………………………………….6
B.Pembahasan…………………………………………………………..7
1.Tujuan pengawetan hewan ………………………..………….7
2.Klasifikasi hewan invertebrata ……………………………….7
Ø Bulu
babi…………………………………………..........9
Ø
Porifera…………….......................................................12
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan………………………………………………………….19
B.Saran……………………………………………………...………....19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....20
LAMPIRAN…………………………………………………………………..21
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji syukur tim peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT,atas segala limpahan Rahmat dan Karuni-Nya. Sehingga tim peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan judul “Praktikum pengawetan
Invertebrata” dengan
tepat waktu.
Laporan
penelitian ini dibuat berdasarkan hasil penelitian tim peneliti terhadap Bulu Babi(Diadema
Paucipinum) dan Poterion sejenis Porifera yang diawetkan
dengan Pengawetan Basah dan kering.
Dalam
menyelesaikan laporan ini tim peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
maka dari itu tim peneliti megucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.Ridhawati Madjid,
S,Pd selaku Guru Biologi tim peneliti.
2.Nurul Asmi selaku
Tutor tim peneliti.
Dalam
laporan peneliti ini tentu saja banyak kekurangan. Oleh karena itu,saran dan
kritik yang membangun sangat dibutuhkan agar dapat dijadikan motivasi demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian
laporan hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
digunakan sebaimana mestinya.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Pinrang,15 April
2014
Tim Penyusun
LEMBAR
PERSETUJUAN
PENELITIAN
ZOOLOGI INVERTEBRATA
Hari / Tanggal :Minggu,6 April 2014
Tempat : Lab.Biologi SMA Negeri 1Pinrang
Jam :
15.05
WITA
TIM PENYUSUN
KELOMPOK :6
ANGGOTA :
v MIRDAYANTI
v SULFITRI
v SRY RETNO MELIANI
v WIDYA AYU NINGSIH
v MUHAMMAD IRWAN.R
v SARMIN
Mengetahui :
Pinrang,30
November 2013
TUTOR KETUA KELOMPOK
NURUL AZMI MIRDAYANTI
NIS : 15472 Guru biologi NIS : 15775
RIDAWATI MADJID ,S.pd
NIP:198005262012122001
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Biologi berasal dari bahasa Yunani,yaitu bios yang artinya
hidup dan logos yang artinya ilmu. Biologi artinya ilmu yang memepelajari seluk
beluk makhluk hidup,Biologi berkembang dari hasil kerja para
peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya
adalah semua makhluk hidup.
Invertebrata
merupakan kelompok hewan yang jumlahnya sangat besar, terdiri dari berbagai
filum, yaitu Porifera, Cnidaria (Coelenterata),
Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, dan
Echinodermata. Salah satunya yaitu contoh
filum Echinodermata bulu babi(Echinodea)
dan filum Poterion sejenis Porifera.
Semua hewan yang tidak memiliki
tulang belakang dikelompokkan dalam Invertebrata (avertebrata). Hewan
invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel (uniselluler) dimana seluruh
aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri. Sedangkan hewan
invertebrata yang tersusun oleh banyak sel (multiselluler/metazoa) sel selnya
mengalami deferensisasi dan spesialisasi membentuk jaringan dan organ tubuh dan
aktivitasnya semakin komplek.
Dari hal tersebut, penulis merasa
tertarik untuk mengetahui cara pengawetan invertebrata pada bulu babi dan
poteroin.
B.Rumusan Masalah
1.
Apakah tujuan pengawetan pada hewan invertebrata?
2. Bagaimanakah pembagian animalia tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
dalam penelitian pengawetan invertebrata yaitu :
Ø
untuk mengetahui tata cara pengawetan basah dan kering pada hewan invertebrata .
Ø
untuk mengetahui
klasifikasi invertebrata serta
dapat mengklasifikasikannya
Ø
Mencari tahu
pembagian animalia serta bentuk animalia itu.
D.Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian Praktikum Invertebrata
yaitu:
Ø
Sebagai ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan.
Ø
Dapat memberikan informasi kepada khalayak
tentang tata cara pengawetan pada hewan invertebrata khususnya pada bulu babi
dan poterion yang sejenis porifera .
Ø
Sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan serta klasifikasi Invertebrata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Praktikum
Kata praktikum berasal dari kata praqtiqu
(perancis),Practicus (Latin), atau practikos (Yunani) yang secara harafiah
berarti “aktif”atau prattein/ prassein (yunani ) yang berarti “mengerjakan”.
Dalam bahasa inggris,praktikum sama
dengan exercise yang secara harafiah berarti “tetap aktif” yang juga bermakna
sama dengan“latihan”.
Praktikum
adalah kegiatan terstruktur dan terjadwal yang memberikan kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang
teori atau menguasai tentang keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu
pengetahuan atau suatu pelajaran.
B.
Ciri ciri Hewan Invertebrata
Secara umum berikut ini adalah ciri-ciri hewan invertebrata :
v Hewan merupakan organisme eukariota,
multiseluler, heterotrofik. hewan memasukkan bahan organik yang sudah jadi, ke
dalam tubuhnya dengan cara menelan (ingestion)
atau memakan organisme lain, atau memakan bahan organik yang terurai.
v Sel-sel hewan tidak memiliki dinding
sel yang menyokong tubuh dengan kuat.
v Sebagian besar hewan bereproduksi
secara seksual,
v Alat pernapasan pada hewan bermacam-macam
tergantung pada tempat hidupya, ada yang bernapas dengan paru-paru seperti
kucing dan insang seperti ikan.
C. Struktur Tubuh
Invertebrata
Kelompok hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) merupakan kelompok hewan
yang paling banyak di muka bumi, hampir 2 juta jenis yang telah dikenali saat
ini. Hidup pada lingkungan yang beragam, dari lingkungan hutan, gua, sampai
lumpur dasar laut. Hewan tidak bertulang belakang dikelompokkan menjadi
hewan bersel satu, hewan berpori, hewan berongga, cacing, hewan lunak, hewan
berkulit duri, dan hewan berkaki beruas-ruas.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.Alat dan Bahan
1.
Alat :
·
Alat suntik
·
Toples
·
Plaster
·
Ember
·
Penjepit
·
Kamera
·
ATM (Alat tulis menulis)
2.
Bahan :
·
spesimen(Diadema
Paucipinum dan Poterion)
·
Formalin
·
Alkohol
·
Aquades
3.
Cara Kerja
ü
Cara Kerja untuk Pengawetan Basah terhadap hewan
Bulu Babi,yaitu:
1) Siapkan
alat dan bahan yang akan diawetkan yaitu hewan spons dan Bulu babi.
2) Gunakan
penjepit untuk mengambil Bulu babi yang ada dalam ember.Kemudian,masukkan ke
dalam toples yang sudah disediakan.
3) Setelah
kedua spesimen tersebut berada dalam toples.Toples tersebut diisi dengan
aquades sampai setengah toples.
4)
Kemudian,ditambahkan alkohol sebanyak 1,0 cc dan formalin sebanyak 0,5
cc.
5) Setelah
itu,toples ditutup dengan rapat menggunakan plester dan diberi label nama
kelompok yang melakukan pengawetan tersebut.
6) Awetan disimpan, di tempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung, sebab warna akan cepat luntur.
ü
Cara Kerja untuk Pengawetan Kering terhadap
Hewan Poterion,yaitu:
1) Siapkan
alat dan bahan yang akan diawetkan yaitu Bintang laut.
2) Ambillah
Poterion yang ada dalam ember dan letakkan diatas meja praktikum untuk
disuntik.
3) Suntiklah
Poterion dengan formalin sebanyak 0,1 cc tiap tentakelnya.
4) Setelah
itu jemurlah di bawah terik matahari.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Echinoidea
Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar
pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan
sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan
rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan
tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang
berfungsi utuk mengangkut makanan.
|
|
Porifera
Porifera merupakan hewan
yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga karena seluruhn tubuhnya
dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori. . Bentuk
tubuh spons yang didukung oleh rangka yang terdiri dari spikula yang dibentuk
oleh sel-sel yang tersebar didalam mesoglea,
spikula cukup keras yang tersusun dari sel ikat atau zat kapur Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori
seperti busa tau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons.
|
|
B.Pembahasan
4.1 Tujuan Pengawetan Hewan
, Tanpa adanya sistem
pengawetan yang baik, hewan yang ditemukan dan dikoleksi dilapangan tidak akan
mengalami kerusakan, misalnya akibat pengerutan atau pembusukan.. Herbarium
kering Pengawetan
kering dilakukan dengan mengeringkan hewan dibawah
terik matahari hingga
kadar air yang sangat rendah, sehingga organisme perusak/penghancur tidak bekerja., sedangkan
herbarium basah dibuat dengan cara memasukan spesimen tanaman ke dalam botol
yang berisi campuran larutan aquades dan formalin.
pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan
spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama
untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam.untuk awetan kering.
4.2 Klasifikasi (pembagian)Hewan Invertebrata yaitu:
v Phylum
Porifera. Porifera
adalah binatang atau hewan berpori karena tubuhnya berpori-pori mirip spon
dengan bintang karakter terkenal spongebob squarepants hidup di air dengan
memakanmakanan dari air yang disaring oleh organ tubuhnya. Contohnya: bunga
karang, spons, grantia.
v ;Phylum Cnidaria. Cnidaria
adalah hewan berongga bersel banyak yang memiliki tentakel contohnya seperti
ubur-ubur dan polip. Simetris tubuh coelenterata adalah simetris bilateral
hidup di laut. Contohnya yaitu hydra, koral, polip dan jellyfish atau
ubur-ubur.
v Phylum
Platyhelminthes .
Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan simetri tubuh
simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syarah yang berpasangan.
Cacing pipih kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit
pada binatang / hewan atau manusia. Contohnya antara lain seperti planaria,
cacing pita, cacing hati, polikladida.
v Phylum
Nemathelminthes. Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh
simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada sistem
peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing
tambang, cacing filaria.
v Phylum
Annelida atau Anelida
adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan
berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup..
Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.
v ;Phylum Mollusca atau Moluska
adalah hewan bertubuh lunak tanpa segmen dengan tubuh yang lunak yang berbentuk
cangkang atau cangkok untuk perlindungan diri dari serangan predator dan
gangguan lainnya. Contoh molluska : kerang, nautilus, gurita, cumi-cumi,
sotong, siput darat, siput laut, chiton.
v Phylum
/ Filum Arthropoda. Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf
tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas
segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh :
laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki
seribu, udang, lalat / laler, kecoa.
v Phylum
/filum Echinodermata .Echinodermata adalah hewan yang berkulit duri dan kelompok hewan ini
memiliki Eksosokeleton yang tersusun atas lempengan lempengan kapur dan tubuhnya sudah membentuk rongga tubuh yang
berisi cairan seperti limfa untuk membasahi organ organ dalam.contoh :bulu babi
,bintang laut ,teripang ,dollar pasir ,bintang mengular ,lili laut dan bintang
berbulu.
Bulu Babi
Echinoidea
yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi
oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi
oleh duri yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan
melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di
sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan.
1.) Klasifikasi bulu babi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Echinodermata
Class
: Echinoidea
Genus
: Echinos
Spesies
: Echinos seculentus
2.) Morfologi
Ø Berbentuk bulat dan berlengan pendek.
Ø Habitatnya di laut.
Ø Simetri radial
Ø Dinding tubuh berupa kepingan kapur.
Ø Tubuh dilengkapi dengan duri spina yang digunakan
untuk bergerak .
3.)
Sistem Saraf Bulu Babi
Sistem saraf dibentuk oleh saraf cincin yang
mengelilingi kerongkongan.
4.) Sistem Pencernaan
Bulu Babi
Sistem pencernaannya sempurna, terdiri dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus, dan anus tetapi ada juga yang tidak memiliki anus.
5.) Habitat dan Jenis
Makanan Bulu Babi
Hewan ini hidup dilaut dangkal, laut dalam, dan tepi
pantai. Hewan ini memakan bermacam- macam makanan laut, misalnya jasad renik
atau organisme kecil lainnya.
6.) Sietem Pernafasan
dan Ekskresi
Pernafasan Bulu Babi menggunakan paru- paru kulit atau
dermal branchiae(papulae) yaitu
penonjolan dinding rongga tubuh (selom)
yang tipis. Tonjolan ini dilindungi silia dan pediselaria. Pada bagian inilah
terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata yang bernafas menggunakan
kaki tabung. Sisa –sisa metabolism yang terjadi di dalam sel-sel tubuh akan
diangkut oleh amobacyte (sel-sel ameboid) ke dermal branchie untuk selanjutnya
dilepas keluar tubuh.
7.) Sistem Penyusun Tubuh Bulu Babi
Hewan ini mempunyai kerangka dalam yang tersusun atas
lempeng- lempeng kapur,yang bersendi antara satu dengan lainnya dan terdapat
didalam kulit, pada umumnya hewan ini punya duri- duri kecil yang tumpul dan
pendek.
8.) Sistem Reproduksi Bulu Babi
Echinos memiliki alat kelamin yang terpisah, pembuahan
terjadi secara eksternal, yaitu di air laut. Telur dibuahi akan membelah secara
cepat berkembang menjadi
larva(bipinnaria) berbentuk simetri bilateral yang berenang bebas di
dalam air mencari tempat yang cocok hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami
metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah dewasa, bentuk tubuhnya berubah menjadi simetri radial.
Gbr. 2 Diadema tanpa
duri
9.)Anatomi
Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian
tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral
terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral
berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial.
Tubuh bulu babi memiliki satu
rongga utama yang berisi lentera aristoteles dan organ pencernaan. Lentera
aristoteles terdiri dari lima buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi
berkampur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. otot ini berperan
mengatur pergerakan gigi. Lentera aristoteles berfungsi seperti mulut dan gigi
yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan makanan, Esophagus, usus
halus, usus besar dan anus tersusun melingkari lentera aristoteles membentuk
suatu sistem pencernaan.
10.) Peranan Bulu Babi
Echinodea berperan dalam rantai
makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Sampah-sampah organisme tak
akan hilang begitu saja.(Echinodea)
berperan penting terhadap perputaran bahan organik di dasar laut. Oleh karena
itu Bulu Babi, Ular Laut, Bintang Laut, dan hewan Echinodermata sering disebut dengan hewan pembersih laut dan
pantai.
Di Negara seperti Mediterania,
New Zeland, dan Amerika Utara, bulu babi lazim dikonsumsi mentah bersama
perasan jeruk lemon. Sementara itu di Jepang, bulu babi populer sebagai
pelengkap kuliner sushi juga sashimi. Jika membandingkan dengan potensi laut
Indonesia, maka seharusnya bulu babi tak hanya dijadkan sampah melainkan berkah
ekonomi bagi masyarakat kita Dengan
komposisi senyawa yang dikandungnya, bulu babi cukup bergizi untuk di konsumsi.
Tak hanya itu, binatang ini juga terbukti mampu menyembuhkan beberapa jenis
penyakit misalnya mereduksi kolesterol jahat dalam darah, menurunkan tekanan
darah, memperbaiki sistem metabolisme, menambah vitalitas, dan masih banyak
lagi lainnya. Sementara itu, tak hanya bagian telur yang berguna. Sebab hampir
semua bagian tubuh bulu babi memiliki manfaat. Sebut saja cangkangnya, bagian
ini bisa diolah menjadi tepung yang digunakan sebagai pakan ternak.
Porifera
Porifera adalah hewan yang berlubang lubang (berpori), hidup
di air tawar, dirawa, dilaut yang dangkal , air jernih dan tenang. Tubuhnya
tersusun atas jaringan diploblastik ( dua lapisan jaringan ). Lapisan luar
tersusun oleh sel epidermis dan lapisan dalam tersusun atas sel sel leher
(koanosit). Tubuh menyerupai vas bunga, memiliki rongga tubuh (spongosol) dan
lubang keluar (oskulum), tubuh lunak, permukaannya berpori (ostium).
Porifera memiliki dua
lapisan jaringan, yaitu:
a. Lapisan luar, tersusun atas sel sel yang berbentuk pipih, berfungsi sebagai
epidermis. Sel ini dinamakan pinakosit.
b. Lapisan dalam, tersusun atas sel sel berbentuk corong dan memiliki flagel.
Sel ini dinamakan koanosit.
1.) Klasifikasi Poterion(spongia)
Kingdom : Animalia
Phylum
: Porifera
Class
: Demospongia
Ordo :
Dictioceratida
Famili
: Dictioceratidaceaer
Genus
: Callyspongia
Species : Aerizusa
2.) Anatomi
Porifera
Porifera hidup di
air laut dan air tawar, tapi kebanyakan hidup di laut mulai dari daerah
perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 5,5 km. Bentuk tubuhnya seperti
tabung atau jambangan bunga yang bersifat simetris radial. Di dalam tubuhnya
terdapat rongga tubuh yang disebut spongosol. Dalam fase hidupnya
mengalami dua bentuk, yaitu polip (hidup berenang
bebas). Ini terjadi pada fase larva. Lalu yang kedua sessil
(hidup menetap)
setelah dewasa.
Struktur tubuh porifera terdiri
atas dua lapisan yaitu epidermis dan endodermis. Epidermis (lapisan luar) terdiri atas sel-sel
epithelium berbentuk pipih (pinakosit). Endodermis
terdiri atas sel berflagela yang berfungsi mencerna makanan dan
bercorong yang disebut sel leher atau koanosit.
Di antara kedua lapisan itu terdapat bahan gelatin yang disebut mesoglea.
Mesoglea terdiri atas beberapa
macam sel, yakni :
Kerangka
pada porifera merupakan kerangka luar atau eksoskeleton.
Kerangkanya dapat berupa kapur seperti
pada Calcarea, dapat pula rangka silikat seperti yang
dimiliki hexactinellida, atau kerangka
lunak (spongin) pada Demospongia.
3.) Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga
kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea
(Calcisspongiae)
1)
Hexactinellida
Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan. Habitat
utama dari porifera ini adalah pada lautan dalam. Ciri yang membedakan kelas
ini dari kelas lain adalah kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat.
Kerangka spons pada kelas hexactinelida tidak memiliki jaringan spongin.
·
Sub Kelas
Hexasterophora
Ciri
khas yang ada pada subkelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa
hexaster. Contoh Euplectella
·
Sub Kelas
Amphidiscorpha
Ciri
utama pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa Amphidics.
Contoh Hyalonema
2)
Demospongia
Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa empat
spikula silica atau dari serabut spongin atau keduanya. . Porifera yang
masuk dalam kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari
daerah tidal hingga kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air
tawar.
·
Sub kelas
Tetractinomorpha
Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres
tetraxonid dan monoxonid, mikroskleres asterose dan kadang-kadang tidak
memiliki serat spongin. Tubuh spons ini memiliki bentuk radial dan
perkembangan cortical axial mengalami kemajuan. Kelompok ini mencakup
spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang primitive menetaskan
amphiblastulae.
1.
Ordo
Homosclerophorida
Porifera dalam ordo ini merupakan Tetractinomorpha
primitive yang memiliki struktur Leuconoid homogen dengan sedikit dareah
terdeferensiasi. Larva menetas berupa amphiblastula. Spikulanya berupa teract
berukuran kecil. Beberapa spesies tidak memiliki rangka seperti pada
Oscarella.
2.
Ordo
Choristida
Porifera yang termasuk ordo Choristida paling
tidak memiliki beberapa megaskleres tetraxons, biasanya berupa triaenes,
mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae yang khas. Contoh Geodia
dan, Aciculites.
·
Sub Kelas
Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha
adalah larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid,
dan mikrosklesesnya berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan.
Pada rangkanya juga sering ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang
bervariasi.
1. Ordo Halichondrida. Porifera yang
ada dalam ordo Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres berupa
monactinal dan atau diactinal serta tidak memiliki microskleres. Contoh
Halichondrida, Hymeniacidondan, Ciocalypta
2. Ordo Poecilosclerida. Porifera yang
masuk dalam ordo ini memiliki rangka yang selalu mengandung megaskleres
choanosomal dan dermal. Contoh Coelosphoera dan Myxilla
3. Ordo Haplosclerida. Porifera
ini kadang-kadang memiliki rangka silikat yang jika ada terbuat dari kategori
tunggal dari megaskleres yang terletak pada serat spongin atau bergabung dalam
suatu anyaman yang diikat dengan perekat spongin. Contoh Haliclona,.
Megaskleresnya berupa diactinal dan kadang-kadang berupa monactinal yang
sedikit bervariasi dalam hal ukuran. Jika ada, mikroskleresnya berupa Chelate,
taxiform, sigmoid atau raphdes. Beberapa genus seperti Dactylia tidak memiliki
spikula dan mempunyai rangka dari serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak
pernah ada . Dermal yang terspesialisasi hanya terlihat pada Callyspongiidae
dimana suatu jaringan yang kompleks dari serat spongin bercabang-cabang
menembus lapisan dermal. Contoh Callyspongia
4. Ordo Dictyoceratida. Porifera
yang masuk dalam ordo Dictyoceratida tidak meiliki spikula. Rangka sepenuhnya
tersusun dari suatu anyaman dari serat spongin yang bisa menyertakan
partikel lain seperti pasir,kerang,spikula atau spons lain. Lapisan dermal
sering diperkuat oleh spongin A.
c)
Kelas
Calcarea
Calcarea merupakan spons yang hidup di laut. Spons ini memiki kerangka spikula
dari zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan mikroskleres.
Bentuk spons ini bervariasi dari bentuk yang menyerupai vas dengan simetri
radial hingga bentuk bentuk koloni yang membentuk bangunan serupa anyaman dari
pembuluh-pembuluh yang kecil hingga lembaran dan bahkan ada yang mencapai
bentuk raksasa.
·
Sub kelas
Calcaronea
Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa larva
amphibalstulae. Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap
koanosit muncul dari nucleus. Spikula triradiate biasanya satu helai yang
terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang ada pada sub kelas
ini berupa tipe leuconoid yang berasal dari tipe syconoid.
1.
Ordo
Leucosolenida. Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh Leucosolenia
2.
Ordo
Sycettida. Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada yang berupa Syconoid
atau Leuconoid. Contoh Sycon
· Sub Kelas
Calcinea
Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa parenchymula
dan flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus koanosit yang
menempati dasar sel.Pada sebagian besar spesies triradiata , spikula
memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid yang ada pada sub kelas ini tidak
berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa anyaman dari asconoid.
1.
Ordo
Clathrinida
Ciri khas dari ordo ini adalah tipe
saluran airnya berupa asconoid yang secara permanen serta tidak memiliki
membrane dermal atau korteks. Contoh Clathrin.
2.
Ordo
Leucettida
Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe
saluran air yang berupa Syconoid hingga Leuconoid dengan membrane dermal atau
korteks yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.
3.
Ordo
Pharetronida
Ciri khas yang ada pada ordo ini
adalah tipe saluran airnya yang berupa Leuconoid dan rangka tersusun dari
spikula quadriradiata yang disertai penguat calcareous. Contoh Petrobiona dan
Minchinella.
4.) Reproduksi
Porifera
Perkembangbiakan Porifera
dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan
secara vegetatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Ø Vegetatif
1. Pembentukan
tunas. Tunas yang terbentuk memisahkan diri dari induknya kemudian
terbentuk
individu baru.
2. Gemmulae (butir benih). Gemmulae
adalah sejumlah sel mesenkim yang berkelompok
dan berbentuk seperti bola yang dilapisi kitin serta
diperkuat spikula. Gemmulae terbentuk jika keadaan
lingkungan sedang tidak menguntungkan. Ketika keadaan lingkungan membaik, gemmulae
akan terbentuk menjadi individu baru. Gemmulae hanya dimiliki oleh porifera
air tawar.
Proses pembentukan gemmulae
adalah sebagai berikut :
Pertama-tama arkeost mengumpulkan
nutrient dengan memfagosit sel lain untuk dikumpulkan dalam rongga tubuh. Sel
tertentu kemudian mengelilingi secret kumpulan tersebut dan membungkusnya.
Terbentuklah kumpulan/cluster dan kapsul yang mengelilingi. Pada kondisi yang
tepat gemmulae menetas dan sel-sel di dalamnya keluar dan berdiferensiasi
membentuk spons baru.
Ø Generatif
perkembangbiakan generatif
berlangsung secara anisogami, yaitu dengan peleburan gamet jantan
(mikrogamet) dengan gamet betina (makrogamet). Dari peleburan ini
dihasilkan zigot yang kemudian berkembang menjadi larva bersilia.
5.)
Cara Porifera membentuk kehidupan
1. Metode
makanan
Choanocytes menciptakan arus air dan menangkap makanan. Collar
adalah sebuah cincin yang berisi 30 lipatan (mikrovili), terhubung oleh
jembatan menyilang. Makanan diserap oleh cel penelan makanan di kaki collar.
Dalam Calcarea dan Demospongiae bagian dalamnya sudah berubah untuk membentuk
saluran dan ruang flagel. Susunan ini menyediakan permukaan area yang luas yang
tertutup dalam Choanocytes dan perlahan air mengalir melalui sel ini,
menggunakan banyak waktu untuk penangkapan makanan.
Partikel makanan yang cukup datang karena air terpompa secara
intensive dan tiba-tiba : contohnya, seekor spesimen Leuconia (demospomgiiae)
yang tumbuh 10 cm tingginya dengan diameter 1 cm berisi sekitar 2,2 juta ruang
flagel dan memompa 22,5 liter air perhari. Oskular memancar keluar 8,5 cm
perdetik. Amoebatic membantu sirkulasi makanana melalui sponge, semua usus
berada dalam sel.
2. Perilaku
Hewan ini bersifat sessile, tidak mempunyai organ perasa, syaraf dan otot; apa
yang dapat mereka jadikan cara hidup dalam berperilaku? Dimulai dari perkiraan
yang terendah, kita dapat menemukannya sedikit sulit. Contohnya, jumlah getaran
flagel dapat dipengaruhi oleh beberapa hal : pada satu percobaan dengan Halichondria
yang getaran flagelnya mencapai 3 cm di dalam air dan meningkat menjadi 7
cm perdetik ketika pengaruh luar meningkat. Ada ukuran komunikasi, bahkan
kordinasi dalam sel : contohnya,pembesaran sebuah saluran mungkin disebarkan
dan rangsangan seperti sentuhan, pembukaan ke air atau udara dapat menghasilkan
penutupan osculum yang renggang.
Ini
adalah Hexactinellida yang berbeda, tingkatan kordinasi yang lebih tinggi telah
ditemukan. Diameter oskula tidak dapat berubah, tapi stimulasi mekanik dan
elektrik flagel di setiap ruangan mungkin berhenti bergetar. Tidak ada syaraf :
impuls elektrik lewat melalui lapisan syncitium yang berkesinambungan. Sponge
tanpa signal elektrik dapat dikenali.
3. Reproduksi
dan perkembangan
Pada reprosuksi seksual, gamet terbentuk di mesohyl dengan pembedaan sel lain.
Kebanyakan sponge adalah hermaprodit, tapi dengan pembuahan silang. Ketika
sperma dari spesies yang sama masuk ke dalam ostium, itu ditelan oleh
choanocyte yang menghilangkan flagelnya dan bergerak melalui jelly sampai
menemukan sebuah telur, tata caranya sangat berbeda dengan metazoa lainnya.
Hewan sessile dewasa selalu perlu larva yang berenang bebas untuk pemisahan.
Sponge mempunyai larva flagel yang sederhana, yang biasanya berkembang dalam
tubuh induk dan kemudian lepas untuk berendang dan melekatkan diri di tempat
yang cocok. Beberapa spesies mencapai pembubaran dengan pemisahan
aseksual yang diikuti pembebasan larva dari bagian yang dipisahkan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian
kami laksanakan, maka kami dapat menarik kesimpulan yaitu: dengan adanya sistem
pengawetan yang baik, hewan yang ditemukan dan dikoleksi dilapangan tidak akan mengalami kerusakan misalnya akibat
pengerutan atau pembusukan. hal ini di buktikan oleh beberapa penelitian termasuk penelitian yang
diadakan di SMAN 1.
Dengan itu maka pengawetan pada hewan invertebrata terdiri
atas 2 yaitu Herbarium basah dan Herbarium kering .Herbarium kering adalah
tekhnik mengawetkan hewan dengan cara pengeringan dibawah terik matahari ,sedangkan
herbarium basah dibuat dengan cara memasukan spesimen hewan ke dalam botol/toples
yang berisi campuran larutan aquades dan formalin.
.
B. Saran
Saran kami yaitu, bagi semua masyarakat terutama siswa agar
mereka sadar bahwa hewan hewan invertebrata yang ada dilaut masing mempunyai
banyak manfaat terutama pada bulu babi mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit
misalnya mereduksi kolesterol jahat dalam darah, menurunkan tekanan darah,
memperbaiki sistem metabolisme, menambah vitalitas.Selain itu juga porifera
Kemudian
Poterion merupakan organisme laut yang bisa di gunakan untuk
bahan pembersih perabotan dan
pembersih badan ,untuk itu mungkin perlu dikenalkan kepada masyarakat
luas.
Dunia tumbuhan juga bisa memberikan sumber makanan bagi manusia sehingga jika
di bumi hanya ada tumbuhandan manusia saja, hal itu akan menjadi masalah yang
besar karena tidak adanya keseimbagan ekosistem.oleh karena itu kita harus
menjaga kelestarian mahkluk hidup di sekitar kita agar dapat berkembang-biak
secara terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L.M., 2003. Penuntun Praktikum Avertebrata Air.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Bouillon, J.
Graviti, C., Pages, F. Gili, J. M. Bocro. 2004. Fauna of The
Mediteraniane Hydrozoa. Scientia Marina68 (Supl
2):5-438.
Fenner, P. J. Williamson, J. A. Burnett, J. W. And
Rifkin, J. 1993. First and Tretment of Jellyfish stings in Australia
: Response to a newly differentiated species. Medical
Journal of
Australia 158 : 498-501.
Anonimous.2012.
http://wapedia.mobi/id/berkas:seaurchin.jpg
Kimball, J.W. 2000. Biologi jilid empat edisi pertama.Erlangga
Jakarta.
Sugiarti,
S. 2004. Invertebrata Air. Lembaga
Sumberdaya Informasi IPB. Bogor.
Priadi, Arif.2010. Biologi SMA
Kelas X. Jakarta:Yudhistira.
Priadi, Arif & Silawati, Tri.2006. Sains Biologi SMA Kelas X.Jakarta:Yudhistira.
LAMPIRAN